Minggu, 08 Juni 2008

100 TAHUN KEBANGKITAN NASIONAL, RAKYAT MENJERIT

Pemerintah sudah mengumumkan rencana kenaikan BBM kepada rakyat Indonesia sebesar 30% dengan tujuan untuk menutupi kerugian negara yang mengakibatkan kenaikan harga minyak dunia. Kebijakan pemerintah sungguh tidak bisa menyelesaikan semua masalah akan tetapi menimbulkan permasalahan baru.

Bahan bakar minyak (BBM) sangat berperan penting untuk kegiatan masyarakat. Kenaikan BBM yang ditetapkan oleh pemerintah sangat drastis dan tidak sesuai dengan penghasilan masyarakat yang dominan di Indonesia penduduk miskin.

Kenaikan harga minyak dunia memang sangat berpengaruh pada keuangan negara. Namun, opsi menaikan harga BBM bukan solusi mengimbangi kenaikan minyak dunia. Sebab, menaikan BBM berarti mendorong kenaikan tingkat inflasi, biaya produksi perusahaan melonjak, transportasi meningkat, harga bahan bangunan merangkak naik, dan paling fatal harga bahan makanan pokok akan ikut naik, jika sudah demikian rakyat menjadi korban.

Aksi penolakan terhadap kenaikan BBM terus menerus berdatangan sebagai pembuktian rakyat terhadap pemerintah tentang penderitaan rakyat Indonesia. Aksi penolakan yang dilakukan oleh mahasiswa, masyarakat umum, pedagang, buruh, ibu rumah tangga tidak akan pernah berhenti untuk melakukan aksi penolakan terhadap kenaikan BBM sebelum pemerintah membatalkan rencana kenaikan BBM.

Seandainya pemerintah benar-benar menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) maka krisis ekonomi akan kembali terjadi di Indonesia yang sebelumnya sudah terjadi pada tahun 1998-1999 mengakibatkan angka pengangguran terus menerus meningkat.

Kenaikan BBM bukan sebuah solusi yang terbaik bagi negara karena lebih banyak menyusahkan rakyat, masih banyak cara yang lebih efektif mungkin dengan cara menghemat anggaran negara.

Apakah dengan kenaikan BBM akan menjamin rakyat lebih makmur?, tentu tidak akan mungkin. Rakyat tidak terlalu penting dengan kenaikan BBM seandainya pemerintah memberikan solusi bagi rakyat dalam permasalahan ini. Banyak cara bagi pemerintah memberikan solusi untuk rakyat, seperti memberikan pekerjaan yang layak, menambahkan pendapatan masyarakat, memberikan fasilitas bagi rakyat miskin, dll. Mungkin, dengan cara seperti itu akan membantu rakyat dalam kesusahan dan menyeimbangkan kenaikan BBM dengan kemampuan masyarakat.

Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak yang ditetapkan oleh pemerintah membuat semua lapisan masyarakat menjerit-jerit, padahal rencana kenaikan harga BBM mendekati peringatan 100 tahun kebangkitan nasional.

Apakah dengan cara seperti ini Indonesia memperingati 100 tahun kebangkitan nasional?, tentu sangat tidak logis. Menurut catatan sejarah, Indonesia sudah 100 tahun menunjukkan kebangkitan rasa nasionalisme sejak lahirnya organisasi boedi oetomo 20 mei 1908 sampai 20 mei 2008. Tapi, menurut kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbanding terbalik karena dengan kenaikan BBM Indonesia akan kembali mengalami krisis yang dasyat.

100 tahun bukanlah waktu yang sebentar akan tetapi waktu yang begitu lama dan seharusnya Indonesia benar-benar bangkit dalam segala permasalahan seperti kemiskinan, korupsi, kesehatan, pendidikan, hukum, dll.

Rakyat Indonesia seharusnya mengibarkan bendera merah putih sebagai tanda bukti Indonesia bangkit, Indonesia bangkit, Indonesia bangkit. Tapi, sekarang rakyat Indonesia mengibarkan bendera merah putih bukan untuk kebangkitan nasional akan tetapi sebagai aksi penolakan terhadap pemerintah tentang kenaikan harga bahan bakar minyak.

Akibat dari kenaikan BBM, banyak oknum masyarakat yang menyeludupkan BBM hanya untuk kepentingan pribadi dan siapa yang menjadi korban?, tentu jelas siapa lagi kalau bukan rakyat.

JIka pemerintah Indonesia bisa memahami dan mengerti kondisi rakyat Indonesia sekarang ini yang dominan penduduk miskin, pasti semua ini tidak akan terjadi dan Indonesia menjadi damai.

Minggu, 18 Mei 2008

DAMPAK KEMISKINAN TERHADAP GENERASI MUDA

Kemiskinan sudah dipastikan sebagai permasalahan yang dari dahulu sampai sekarang belum bisa terpecahkan, tidak pernah berhenti dan tidak bosan kemiskinan menghancurkan cita-cita masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda.

Polisi, dokter, TNI, guru, penyanyi, penulis, pejabat, sampai presiden itu semua cita-cita anak bangsa. Tidak salah para generasi muda mempunyai cita-cita yang begitu tinggi dan mulia karena hak mereka untuk berekspresi selain itu sebagai motivator untuk memotivasi anak muda menjadi generasi muda yang inovatif dan kreatif.

Cita-cita generasi muda termasuk kelompok pekerjaan, ada alasan yang tepat kenapa mereka memilih cita-cita sebagai pekerjaan?, karena supaya tidak menjadi orang pengangguran dan tidak menjadi orang yang miskin.

Bakat dan cita-cita anak muda harus didukung agar anak muda lebih percaya diri dan optimis dalam menjalankan sesuatu supaya mental diri lebih kuat.

Sebuah pertanyaan yang harus dijawab bersama-sama, apakah anak-anak di Indonesia sudah mendapatkan haknya?. Masa era globalisasi sebuah persaingan untuk hidup layak begitu ketat, tidak hanya intelektual yang bermain tetapi uang pun ikut sebaga sponsor untuk meraih hidup yang layak. Kembali ke pertanyaan awal, apakah anak-anak di Indonesia sudah mendapatkannya?, melihat fenomena yang terjadi sebagian dari anak-anak Indonesia belum bisa merasakan haknya.

Kemiskinan sudah banyak 'membutakan' segala aspek, seperti pendidikan. Sebagian dari penduduk Indonesia sudah tidak mengenyam pendidikan lantaran keterbatasan ekonomi yang tidak mendukung, oleh karena itu masyarakat yang tidak bersekolah mengerjakan pekerjaan untuk sekedar kelangsungan hidup.

Pemerintah Indonesia sudah mengumumkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk wajib belajar 9 tahun dengan gratis. Antusias masyarakat Indonesia sangat besar sekali karena itu sebuah kabar gembira yang sangat mengurangi beban khususnya dalam segi biaya.

Dalam hitungan bulan semua berubah arah, berbanding terbalik 100% antara ketetapan dan kenyataan. Kemiskinan sudah banyak menghancurkan semua, contoh kecil yang terjadi di lapangan banyak anak yang putus sekolah karena menunggak SPP, siswa SD yang nekat bunuh diri karena malu sering di tagih oleh pihak sekolah, anak di bawah umur bekerja keras dengan tujuan memberi sesuap nasi untuk keluarganya, banyak anak Indonesia yang seharusnya bersekolah dan bebas mengekspresikan diri tetapi terhalang oleh jeruji besi (penjara), dll.

Bagaimana Indonesia mau maju kalau generasi muda yang seharusnya bersekolah sekarang ikut merasakan menjadi korban faktor kemiskinan. Sungguh di luar dugaan sebelumnya hanya orang tua yang merasakan sebuah penderitaan, bahkan sekarang anak di bawah umur pun ikut terbebani oleh kondisi ekonomi yang minim.

Apa penyebab dari semua masalah itu?, sudah jelas dan tidak bukan lagi penyebabnya faktor kemiskinan. Kemiskinan sudah membentengi anak-anak Indonesia untuk tidak mengenyam pendidikan padahal pendidikan sangat penting dan sebagai 'motor' menuju arah lebih baik.

Pembukaan UUD 1945 terang-terangan dalam isinya menjelaskan tentang mencerdaskan kehidupan bangsa di tambah lagi pemerintah memberikan fasilitas sekolah gratis untuk masyarakat yang kurang mampu, kenapa masih banyak para generasi muda yang mogok sekolah?.

Siapa yang harus disalahkan dalam masalah ini?, ketika dalam posisi sebagai orang tua sungguh serba salah karena melihat dari segi materil sangat minim dan dari segi keinginan tentu sangat tinggi akan tetapi semua keinginan itu terhenti oleh ekonomi yang sangat minim, buat sesuap nasi pun susahnya setengah mati.

Kemiskinan sudah 'menjamur' ke semua aspek, tidak hanya aspek pendidikan tetapi juga aspek kesehatan, sifat mental, dll. Sungguh sangat memprihatinkan para generasi muda yang seharusnya mengibarkan cita-cita untuk maa depan dengan situasi dan kondisi seperti saat ini terpaksa menurunkan 'bendera' cita-citanya.

Wahai 'tikus negar' hentikan semua tindakan yang membuat semua orang kesusahan, sudah cukup meliat penderitaan yang dialami penduduk Indonesia. Berilah kami kesempatan untuk mencari masa depan, berilah kami kesempatan untuk mengibarkan kembali 'bendera' cita-cita untuk masa depan. Setidaknya harapan kami ada di pekerjaan anda.

Marilah penduduk Indonesia waktunya bangkit untuk mendapatkan hak kita dan jangan lupakan kewajiban kita sebagai masyarakat Indonesia dan makhluk Allah SWT. KAMI BANGGA MENJADI ANAK INDONESIA seandainya para penguasa menghargai anak-anak Indonesia.

HENTIKAH PERJALANAN KEMISKINAN !
STOP KEMISKINAN !

Senin, 12 Mei 2008

KEMISKINAN 'PEMBUNUH' MASYARAKAT

"Jika pilih saya, saya janji pengangguran tidak ada lagi"
"Jika pilih saya, saya janji tidak ada kemisinan lagi"

Kalimat yang sering dilontarkan oleh para penguasa ketika sedang berkampanye dengan tujuan mempengaruhi masyarakat agar memilih dirinya supaya menjadi penguasa no. 1 di daerahnya. Oleh karena itu para penguasa berlomba-lomba mengeluarkan janji-janji manis bahkan sampai money politic.

Masalah kemiskinan yang 'membunuh' masyarakat yaitu ekonomi yang tidak stabil dan menimbulkan pengangguran merajalela. Pertanyaan yang selalu menggelitik dan ingin sekali mempertanyakan kepada para penguasa, apakah tidak bosan dengan semua janji-janjinya? Banyak sekali janji yang 'diproklamirkan' oleh para penguasa, seperti pengangguran akan berkurang, kemiskinan tidak akan 'membunuh' masyarakat lagi, itulah sebagian dari janji manis yang sering 'diproklamirkan' oleh para penguasa dan masih banyak janji-janji manis itu. Dalam realita kehidupan semua janji-janji manis itu tergantikan dengan kebohongan para penguasa dan penderitaan yang dialai oleh masyarakat.

Pada puncak krisis ekonomi tahun 1998-1999 penduduk miskin Indonesia mencapai sekitar 24% dari jumlah penduduk atau hampir 40 juta orang. Tahun 2002 kemiskinan mencapai 18%, penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan bulan maret 2006 sebesar 39,05 juta orang (17,75%), pebruari 2005 kemiskinan mencapai 35,10 juta penduduk (15,97%). (menurut berita resmi statistik No. 47/IX/1 september 2006).

Melihat presentasi yang ada, begitu banyak masyarakat yang tertimpa oleh kemiskinan, sebuah permasalahan yang harus dipikirkan bersama untuk mencari solusinya. Presiden sampai pemulung selalu bertanya-tanya, kapan kemiskinan yang menimpa masyarakat akan berakhir?, kapan Indonesia terbebas dari guncangan kemiskinan?, kapan tidak ada lagi korban 'pembunuhan' oleh faktor kemiskinan?, dari pemerintahan Soekarno sampai SBY semua jawaban itu belum juga terungkap.

Pepatah mengatakan "yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin", pepatah itu benar-benar terjadi pada masa sekarang. Sudah banyak orang menderita karena kemiskinan, orang meninggal karena kelaparan, anak-anak menderita busung lapar, sebagian masyarakat dari beberapa daerah memakan nasi aking yang seharusnya dimakan oleh itik agar tidak kelaparan, banyak anak yang putus sekolah, anak di bawah umur terpaksa bekerja keras, masih banyak fenomena yang terjadi di masa sekarang dan itu baru secuil dari penderitaan yang dialami oleh penduduk miskin di Indonesia.

Sebagai manusia yang masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk menghirup udara segar, makan makanan yang lezat dan nikmat, masih banyak lagi nikmat yang diberi oleh-Nya kepada kita kenikmatan dan kebahagiaan yang sekarang kira rasakan lebih dari orang yang kurang beruntung. Apakah telinga kita tuli? Apakah mata bathin kita buta?, begitu banyak orang yang mengalami penderitaan. Marilah buka lebar-lebar telinga kita untuk mendengarkan semua keluh kesah mereka, dan buka lebar-lebar mata bathin kita untuk melihat semua penderitaan mereka.

Faktor ekonomi yang tidak stabil menimbulkan pengangguran merajalela mengakibatkan kemiskinan terjadi, selain itu faktor sosial pun sangat mempengaruhi munculnya kemiskinan. Masa sekarang rasa sosial yang dimiliki oleh setiap individu hilang begitu saja karena keegoisan yang sangat besar. Siapa yang ingin mendapatkan jabatan dan pekerjaan?, tentu semua orang menginginkannya tetapi semua orang mampu memilikinya. Tidak bisa dipungkiri Indonesia terpenuhi oleh para koruptor, dengan bebas 'tikus negar' melakukan tindakan yang sangat merugikan masyarakat. Korupsi bisa disebut sebagai penyebab adanya kemiskinan karena sering memanipulasi hal-hal yang sangat penting. Para koruptor tidak peduli orang lain kelaparan, menganggur, busung lapar, yang penting dirinya menggunakan mobil mewah, semua keluarganya bekerja, rumah yang berlantai-lantai padahal uang yang mereka pakai adalah uang rakyat yang seharusnya dipergunakan oleh rakyat, sungguh tidak tahu malu !.

Kemiskinan sudah pantas disebut sebagai 'pembunuh' masyarakat karena ada fakta berbicara dan banyak korban jiwa oleh faktor kemiskinan. Tidak hanya memakan korban jiwa, kemiskinan sudah merenggut mental masyarakat menjadi buruk. Mental diri yang sudah hancur lebur tanpa ragu-ragu akan melakukan pekerjaan atau tindakan yang sebetulnya semua pekerjaan itu termasuk tindak kriminal. Orang yang sudah seperti itu tidak pernah memikirkan apakah pekerjaan atau tindakan yang dilakukan menguntungkan atau merugikan semua pihak, hanya ada dalam pikiran yaitu uang, uang, dan uang.

Pengangguran yang mengakibatkan kemiskinan di berbagai daerah terus menerus memberikan rangsangan untuk melakukan tindak kriminal dan dampak dari semua itu Indonesia tidak nyaman dan tidak tenteram. Hampir 100% yang melakukan tindak kriminal memberikan alasannya yaitu tuntutan ekonomi.

Sudah cukup melihat fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia, seharusnya siapa yang bertanggung jawab dalam permasalahan ini, pemerintah atau masyarakat? Tentu jelas semua orang akan berbeda argumentasi. Profesor terbaik pun belum bisa memecahkan permasalahan ini, masyarakat dan pemerintah harus bisa saling mengerti kondisi dan situasi antara kedua pihak dan hilangkan semua keegoisan yang ada pada diri pribadi. Mari saling memberikan dorongan dan dukungan demi negri tercinta Indonesia.

Sebuah keinginan dan harapan dari rakyat biasa, pemerintah supaya terjun langsung ke lapangan untuk bisa merasakan dan melihat penderitaan masyarakat Indonesia. Semoga permasalahan ini bisa terpecahkan dan masyarakat bisa tersenyum kembali, jangan menangis saudaraku. Hidup Indonesia... Hidup Indonesia... Hidup Indonesia...!!!.